Sabtu, 23 April 2016

"Something"-Ception

HOLA!!
Sudah lama banget blog ini dibiarkan sepi tanpa ada penunggunya dan tanpa sapa.
Karena pada dasarnya blog ini jadi tempat untuk curahan hati pikiran-pikiran "random" yang sering sekelebat ada di otak, nah kalau di otaknya cuma ada isi kerjaan, masa iya di blog mau nulis tentang update progress project haha.

Setelah lama gak mikir yang aneh-aneh,
Hari ini tiba-tiba keingat tentang film yang kuat di storylinee-nya yang berlapis-lapis.
Dengan Bang Leo Di Caprio yang jadi pemeran utamanya (selamat akhirnya dapat Oscar ya Bang!! Kualitas akhirnya diakui setelah harus gulat sama beruang, padahal dinginnya air laut waktu di Titanic juga pengorbanan berat ya? Belum lagi kudu ngerangkak ala orang lumpuh di Wolf of Wall Street haha)
Yup, film yang judulnya INCEPTION.

Walaupun kombinasi Nolan (Director) dan Leo (Actor) sangat waow, tapi saya bukan mau bahas filmnya, tapi ideologi filmnya tentang Inception atau Insepsi itu sendiri.

Kalau secara definisi, Inception merupakan suatu permulaan dari suatu kegiatan, proses atau institusi.
Nah, saya yakin banget banyak yang berpikiran kalau arti Inception adalah penanaman suatu ide ke pikiran seseorang dan sometimes ide itu bisa berlapis-lapis.
Yaa, gak bisa disalahkan karena memang itu yang jadi konflik utama di film Inception.
Wajar kalau banyak yang salah kaprah.

Salah kaprah itu terbawa sampai ke aspek yang lain (termasuk saya juga sering salah pakai kata-kata ini).
Yang di otak saya adalah : bla bla bla-Ception adalah sesuatu yang berlapis-lapis momennya.

Contohnya yang paling booming kemarin adalah waktu muncul Chitato rasa Indomie.
Saya sering banget bilang snack itu menganut asas "Rasa-Ception" haha random banget sih.

Ada juga pernah sebut "Cons-Ception" yang artinya Conspiration-Ception. Kalau ini sih pure buatan saya aja.

Contohnya : Ada seorang Konspirasi-Skeptis terkenal dari Amrik, lupa namanya siapa, sebut saja Mr.X.
Dia menentang fakta yang diberikan pemerintah USA kalau organsasi rahasia (lupa namanya apa) yang tugasnya untuk memprediksi bagaimana konsistensi USA di dunia kalau "KEDAMAIAN BENAR-BENAR TERWUJUD" itu sudah dibubarkan.
Dia bilang kalau itu konspirasi pemerintah Amrik saja untuk pengalihan isu, tapi sebenarnya organisasi itu masih berjalan dan merencanakan serta bertanggung jawab terhadap banyak penyerangan teroris di dunia 1 dekade terakhir.
Nah, ada simpatisan pemerintah (lupa juga namanya siapa, maaaf) yang latar belakangnya adalah sejarahwan, sebut saya Mr.Y,  malah menuding Mr.X itu utusan New World Order untuk membuat pengalihan isu.
Nah loh.
Dari contoh sederhana di atas aja, sudah ada 3 lapis konspirasi.
Pertama : tentang eksistensi organisasi rahasia itu sendiri.
Kedua : Mr. X yang menuding konspirasi pertama.
Ketiga: Mr. Y yang menuding Mr.X melakukan konspirasi.

Pusing kan? Sama.

Nah, terlepas dari melencengnya hakikat definisi Inception yang saya pakai seenaknya sendiri,
Mari sepakati sajalah kalau penggunaan kata "bla bla bla-Ception" itu memudahkan banyak penjelasan makna dari suatu kejadian.

Jadi, misal nih ya kamu menemukan suatu kejadian.
Si X lagi main sama temennya, dia ditelfon sama Mamanya dan ditanya lagi dimana.
Dia jawab lagi belajar kelompok. Padahal aslinya main.
Terus orang tuanya bilang "Cepat pulang. Mobilnya mau dipakai sama Mama Papa. Ini ada kondangan", padahal aslinya Mamanya mau keluar ke Mall soalnya dijanjiin sama Papanya dibeliin baju.
Nah, padahal Papanya juga bohong buat beliin baju. Sebenarnya dia nanti mau belokin tujuannya bukan ke Mall, tapi jadi ke Pameran Mobil.

Is it sounds similar?
Just named it as "Bohong-Ception".
Hahaha lebih mudah kan?

Rabu, 14 Oktober 2015

Kita di Jatiluhur

Tidur berteman sepi di hutan, membayangkan pun belum pernah.
Memang saya suka menjelajah dan naik gunung yang mengharuskan saya tidur di hutan, tapi ada temannya.
Nyatanya, tidur berteman sepi benar-benar saya realisasikan saat saya mengikuti kegiatan outbound yang diadakan oleh kantor.

Malam itu, mulai pukul 21.00 saya ditinggal sendirian di tengah hutan.
Dipisahkan jarak puluhan hingga ratusan meter dengan rekan-rekan yang lain.
Dengan hanya dibekali jas hujan, lilin, kayu, air putih, buah pisang, 1 bungkus snack dan tikar, saya ditinggalkan sendirian.
Jas hujan dan kayu berguna untuk membuat bivak yang dapat sedikit melindungi dari hembusan angin dan juga (jika) hujan.
Lilin tentunya untuk sumber penerangan. dan cemilan lain sebagai logistik kecil.
Sayapun tersadar bahwa kami diberikan selembar kertas kosong dan pensil.
Ya, malam itu kami diinstruksikan untuk melakukan Solo Night, dimana kami semua akan ditinggal di hutan untuk istirahat dan merenung semalaman suntuk.
Merefleksikan tentang diri kita, tentang kegiatan selama outbound, dan tentang apapun.
Kertas itu, ya, untuk mengungkapkan apa saja yang telah direfleksikan.

Malam itu saya belum menyalakan lilin, dan tersadar bahwa bulan sedang bersinar penuh.
"Pantas terang sekali" gumamku.
Dengan keadaan yang sunyi dan bulan yang menantangkan sinarnya, jiwa melankolis dalam diri mulai keluar.
Entah kenapa, saya tidak berpikir, tidak membuat, hanya apa yang terlintas di otak, langsung saya tuliskan di kertas kosong itu.
Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk menuliskan, saya menyebutnya "karangan bebas".
Karangan bebas yang saya beri tajuk :

Kita di Jatiluhur
Pantulan surya dan kibasan kabut di kolam itu  
Hangat sekali menyapa ramah untuk pertama
Gulungan angin dan hijaunya rumput jadi rumah nyaman untuk berdiskusi
Sore itu kami dikumpulkan dan memulai kelas alam ini

Tangan yang bekerja untuk merangkak mengais sumber hidup
Semangat seolah membara di tengah dinginnya Waduk Jatiluhur
Entah apa yang terjadi bila tungganganku terbalik dan aku tenggelam di bak raksasa ini
Tapi sudahlah, toh aku punya selusin keluarga yang tidak akan diam saja bila hal itu terjadi
Memang, makan yang paling enak adalah saat lapar, saat harus berusaha merebutnya, dan saat bersama keluarga

Kaki kita juga seolah kebal dan tebal untuk maju terus
Nafas kita seolah tiada habis dan sesak
Bahu kitapun seolah kuat untuk mengangkat tas kecil 50an liter itu

Tidak perduli seberapa jauh kita maju
Tapi kita butuh arah, keluargaku
Kita juga butuh berpegangan tangan dan saling mengusap peluh, keluargaku
Kita harus terus maju, dengan yakin, tidak henti dan bersama selalu
Coret-coretan kertas bebas malam itu

Rekan!!

AGP5!!



Sabtu, 30 Mei 2015

Trilogi dari Dialog Dini Hari (2)

Dialog Dini Hari
Source: https://wastedrockers.wordpress.com/2014/06/03/out-now-dialog-dini-hari-tentang-rumahku-2014/
Hola!!
Tulisan ini merupakan sambungan dari tulisan sebelumnya Trilogi dari Dialog Dini Hari (1)

Selesai perkara menerka rumah dan (mungkin) kenangan masa kecil kita masing-masing,
Sudah saatnya kita beranjak ke fase jejakan langkah yang lebih lanjut.
Sekolah.
Kuliah.
KERJA.

Yang terakhir tersebut, mungkin banyak juga yang sedang mengalami fase itu.
Di sinilah lirik lagu kedua dari Band Dialog Dini Hari bercerita.
Sebelumnya saya sudah bilang kalau saya ambil trilogi lagu dari band yang judulnya album terbarunya ini adalah "Tentang Rumahku",
Dan lagu kedua ini berjudul "GURAT ASA".

Lagu ini menceritakan bagaimana seseorang mempertahankan semangat dan asanya dalam berjuang.
Apapun perjuangannya.
Apapun yang diperjuangkan.
Siapapun yang sedang berjuang.
Lirik lagu ini berbicara secara general tapi secara konvergen menunjuk ke arah perjuangan itu sendiri.

Click here to watch the official video clip

//Melangkah menggengam kerinduan
Kelana jalan panjang dunia
Jubah tlah lama ku tanggalkan
Riang dan sunyi aku telanjang

Seratus jurang tlah kujatuhi
Ditikam badai hujan belati
Seribu duka tlah ku tangisi
Ragam cerita kusudahi

Kuyakin lelahkan berpulang
Dimana tangan membentang
Mengembara mencari jalan pulang
Mendaki rintangan

Tapi ku takkan tumbang
Masih ku kobarkan cinta
Pada Hidup
Pada Waktu
Tak Berujung
Padamu

Berlayar diluas lautan,
tersesat, kandas, memberi makna//

Seluruh kata yang di italic merupakan kata-kata reflektif menurut saya.
Sudah bisa ditebak jalan lagu ini kan?
Seseorang yang cukup berkorban "sesuatu" demi memperjuangkan "sesuatu".
Perjuangan yang tidak mudah.
Sesat dialami.
Sakit dialami.
Lelah ditemani.
Kerinduan dicintai.
Semangat dan asa seolah menjadi nutrisi tersendiri.

Dan yang membuat lagu ini 100% kena dan cocok menjadi sekuel dari trilogi ini adalah,
Di lagu pertama, Dialog Dini Hari menggambarkan kenyamanan rumah dan bagaimana berat serta memuakkannya meninggalkan rumah.
Dan di lagu kedua ini, Dialog Dini Hari memvisualisasikan perjuangan seseorang yang meninggalkan rumah, berjuang di tanah baru dan hanya asalah yang menjadi gurat di wajahnya.

Untuk semua anak perantauan,
Pasti tahu dan paham bagaimana perasaannya kan?
Meninggalkan tanah bermain ke tanah asing untuk mencari makna.
Menanggalkan jubah (toga) yang merupakan salah satu masa terindah dalam hidup,
Mengingat asa dimana semua lelah akan berpulang dan membentang.

Tapi seperti lirik di atas,
Sebagaimanapun lelahnya kita semua di tanah asing,
Tapi kita takkan tumbang,
Silahkan berlayar di luas lautan,
Jangan takut tersesat,
Kandas,
Karena makna yang akan menyapa.

Senin, 11 Mei 2015

Trilogi dari Dialog Dini Hari (1)

Dialog Dini Hari
Source: https://myspace.com/dialogdinihari

Dialog Dini Hari,
Pertama saya dengar nama band yang satu ini, cukup aneh menurut saya.
Tapi ya sudahlah, band indie sekarang memang namanya aneh-aneh juga kan?
Satu-satunya yang saya tau dari band ini adalah vokalisnya yang memang gitaris dari band Navicula dan suaranya yang sepintas setipe dengan Bung Iwan Fals, nuansa baritone gitu-gitu.
Saya juga tidak hafal dengan lagu-lagu band ini, tapi memang harus diakui kalau lagunya enak sih.
Dengan aliran yang saya sebut sendiri Indian-country-nuance. Sedikit ngaco sih memang, tapi dengan petikan gitar yang sepintas mirip lagu country dan dentuman drum serta nuansa yang seperti musik-musik kultural indian, ya bolehlah saya sebut aliran indian-country-nuance.

Tidak ada yang spesial dari band ini untuk saya, tetap saya lebih addict dengan band seperti Gugun and Blues Shelter, The Swellers, Polyphia, Peewee Gaskins (yang APWG kalem aja ya hahaha), sampai akhirnya di album teranyarnya, “Tentang Rumahku”, saya mendengar tiga lagu yang berjudul:
 “Tentang Rumahku”
“Gurat Asa”
“The Road”
Yang kebetulan semua lagu itu ada di album terbaru mereka: "Tentang Rumahku"
Album "Tentang Rumahku"
Source: http://raindogsrecords.com/store/cd/dialog-dini-hari-tentang-rumahku-cd
Dan saya merasa tiga lagu ini memiliki keterkaitan dengan yang saya rasakan sekarang. Dan kena banget!!
Dan saya juga merasakan ketiga lagu ini seperti sebuah trilogi yang saling membentuk alur kehidupan seorang manusia.
Saya coba untuk bahas lirik dari ketiga lagu tersebut. Urutan pembahasan ini juga menentukan alur dari trilogi ini.

Untuk lagu pertama, saya rasa lagu “Tentang Rumahku” sangat pas untuk jadi pembukaan dari trilogi ini. Coba simak saja lirik lagunya:

Tentang rumahku // Di ujung bukit  karang yang berbatu // Beranda rumahku //Tumbuh tumbuhan liar tak tahu malu // Tentang rumahku // Berbagai macam musim telah kurengkuh // Jadi saksi bisu // Cerita mimpi indah di masa lalu // Yang terlahir dari sebuah gerbang waktu // Yang menjadi tembok kokoh mengitari rumahku // Adakah yang lebih indah dari semua ini // Rumah mungil dan cerita cinta yang megah // Bermandi cahaya di padang bintang // Aku bahagia // Tentang rumahku // Tak kan goyah walau badai mengamuk // Seperti pohon jati // Akarnya tertancap di poros bumi // Sewindu merindu // Kembali pulang dengan sebongkah haru // Senyum menyambut // Bagai rindu kumbang pada bunga di taman //



Di lagu ini, Dialog Dini Hari menggambarkan melankolisme terhadap kenangan masa lalu akan keberadaan rumah. Simpel sekali, tapi rumah memang merupakan tempat kita akan selalu kembali bukan?
Penggambaran rumah sederhana yang menyimpan banyak kenangan indah sangat kena di lirik “…..Adakah yang lebih indah dari semua ini // Rumah mungil dan cerita cinta yang megah // Bermandi cahaya di padang bintang // Aku bahagia //…”

Saat mendengar lagu ini, yang terbayang adalah semua kenangan masa kecil di rumah dulu. Dan lagu ini sukses membuat saya terjebak melakolisme masa kecil itu.
Karena dengan mendengarkan lagu ini, saya sudah bisa membayangkan saya berdiri sebagai seorang yang sudah dewasa dan siap melangkah ke depan untuk meraih cita-cita, namun ada titik dimana saya menatap ke belakang ke masa kecil saya dan menikmati keindahan masa-masa tersebut.

Dan benar saja, begitu saya mulai mencari video klipnya (barangkali ada dan ternyata memang ada), video klip nya 100% sesuai dengan bayangan saya tadi.
Dan paduan video klip dengan lirik lagu ini semakin sukses membuat saya galau berat dan melakolis terhadap kenangan masa kecil saya.

Kalau memang mau terjebak kenangan masa kecil, lihat saja video klipnya di sini
Kenapa saya bilang lagu ini pas sekali untuk menjadi pembuka trilogi dari lagu Dialog Dini Hari?
Karena fase yang memang saya lalui sekarang adalah proses menuju tahap menjadi manusia dewasa yang berusaha mengejar cita-cita dengan mengorbankan apa yang saya sebut dengan “RUMAH”.
Rumah adalah tempat dimana kasih sayang bisa dinikmati kapan saja.
Rumah adalah tempat dimana perhatian bisa dicurahkan kapan saja.
Rumah adalah tempat dimana pelukan dan ciuman sayang kepada orang tua bisa dilampiaskan kapan saja.
Rumah adalah tempat dimana rasa sedih dan kesendirian enggan untuk menghampiri.
"Home is holy place you will always want to get back, at least in the future"

Ya, saya mengorbankan itu semua sekarang. Demi apa? CITA-CITA.
Dan seperti yang saya bilang, rumah adalah tempat dimana kita akan selalu ingin dan pasti kembali.
Itu juga yang selalu saya tanamkan di otak saya.
Melankolis? Memang.
Tapi toh Adam dan Hawa walaupun diusir dari Surga, mereka tetap bisa hidup di dunia ini dengan usaha dan cinta mereka berdua kan? Apakah salah jika saya menyebut cinta merupakan bagian dari melankolisme?
Dan saya yakin banyak orang yang merasa apa yang saya rasakan sekarang.
Kalian semualah alasan tangan saya masih tidak capek untuk berbagi perasaan dan sisi melankolis saya ini.


Lantas, bagaimana dengan lagu kedua dan ketiga?

Sabtu, 09 Mei 2015

Meet Your New Colleague, Face Them Gently, Got Your Best Impression, Keep in Touch and You Will Get You Deserve!

Sudah lama sekali blog ini dibiarkan tidak terurus. Tidak ada postingan baru. Tidak ada aktifitas di dalamnya. Kalau dimisalkan rumah mungkin sudah berdebu, banyak sarang laba-laba dan mungkin sudah dijadikan tempat mesum buat anak muda-mudi yang dilanda asmara.
Sebenarnya selama ini banyak sekali pemikiran dan mungkin uneg-uneg yang mau disampaikan tapi karena niat yang kurang kuat akhirnya selalu urung.


Kurang lebih 8 bulan bekerja di Jakarta ini, banyak sekali kondisi benar-benar baru yang saya temui. Mulai dari teman baru, rekan kerja baru, bos baru, klien baru.

Yang perlu digaris bawahi, ini benar-benar baru. Dari kalangan dan latar belakang yang berbeda-beda juga.

Dan prinsip saya, jika kita bertemu orang baru kita harus dapat first impression yang bagus dari dia (to be honest, poin ini belum sepenuhnya bisa saya dapatkan), karena kita tidak tahu bisa saja kita akan membutuhkan orang yang baru ditemui itu suatu saat nanti.

Singkat kata, kita tidak bisa under estimate sama siapapun, terutama orang baru.



"Kalo twist plot yang di film-film sih gini, kita lagi jalan buru-buru ke kantor buat meeting dan sudah telat nih ceritanya. Terus kita gak sengaja nyenggol orang yang jalannya agak lambat di depan kita, kemudian kita ngomel-ngomel ke dia.
Waktu kita sampai di kantor, ternyata orang yang kita senggol itu adalah klien yang akan meeting sama kita. Klise"



Oleh karena itu, mungkin saya mau share aja pendapat tentang kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin sering kita perbuat saat baru pertama dengan orang lain. Pendapat ini juga hasil ngobrol dengan beberapa teman, jadi tidak sepenuhnya prerogratif pendapat saya. Here we are:


1. Saat Jabat Tangan
Ini mungkin hal yang paling simpel yang akan dilakukan pertama kali saat bertemu orang lain.
To the point aja, PASTIKAN saat berjabat tangan kita selalu dalam keadaan berdiri. Terlebih misal yang akan kita jabat tangannya ada cewek. Itu menunjukkan kalau kita respect dan interest sama kehadiran dia. Dan selalu perhatikan gesture dari lawan kita itu, jika dia ternyata muslimah yang tidak berkenan untuk bersentuhan tangan dengan non-muhrimnya, ya sudah sewajarnyalah kita hanya menyilakan tangan kita di dada kita.
Dan 1 lagi, jangan berjabat tangan seperti kita belum makan 3 hari (tidak bertenaga). Genggam lawan bicara kita dengan mantap, pandang matanya, shake your hand and hold it for around 2 seconds. 


2. Saat Memperkenalkan Diri

Kesalahan kecil paling sering terjadi adalah, saat berjabat tangan secara refleks kita akan memperkenalkan diri kita,  
DAN SECARA BERSAMAAN
Pasti pernah ngalamin kan? Sehingga kita tidak mengetahui secara jelas nama lawan bicara kita. Atau mungkin kita akan tanya lagi “Siapa namanya tadi?”, atau mungkin ada juga yang akhirnya setelah ngobrol-ngobrol kita baru Tanya “Oh ya, siapa namanya tadi?”. 
What the hack, repetitif kayak gitu itu gak proper bro. Dari hasil tanya-tanya ke beberapa teman, mereka tidak suka kalau namanya ditanya sampai berkali-kali. 
“Lha terus tadi waktu kenalan, lu dengerin apa?”, kebanyakan akan menggerutu seperti itu.

Jadi, yasudah waktu jabat tangan, biarkan lawan bicara kita memperkenalkan dirinya sendiri dulu, baru setelah itu kita memperkenalkan diri kita dengan suara yang jelas dan mantap. That will make you look great and gorgeous bro!


3. Saat Sudah Mulai Ngobrol

Nah, ini sebenarnya saat-saat kegaringan mulai muncul dan ego masing-masing orang akan terlihat. Jadi fase ini memang paling ribet menurut saya. Karena tujuan kita adalah untuk mendapatkan first impression yang bagus, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

a.   Saat ngobrol, pertukaran informasi akan terjadi. Ingat ya, pertukaran informasi, jadi kita harus punya informasi yang akan ditukarkan. 
      Singkat kata, be the person that has wide knowledge bro. Tidak perlu pengetahuan tentang sains atau politik yang mendalam, obrolan kecil tentang kabar Liga Champions, Pertandingan tinju antara Pacman dan Mayweather, KAA yang sudah terlaksana, Hukuman mati yang diberikan pemerintah Indonesia kepada Bandar narkoba asing, destinasi wisata yang menarik dekat kotamu, itu sudah cukup untuk menjadi obrolan ringan yang akan mengantarkan kita ke pembicaraan yang lebih serius. 
      Jadi, jangan sampai kita tidak tahu kabar-kabar umum terbaru atau KUDET. Bisa-bisa kita jadi orang garing yang tidak asik diajak ngobrol. Gimana kita bisa dapat first impression yang bagus kalau kita tidak nyambung diajak ngobrol?

b.   Pada hakikatnya, manusia itu lebih suka ngomong daripada mendengarkan. Walaupun kita hanya punya mulut 1 dan telinga yang lebih banyak, 2 buah. Tapi entah kenapa kita lebih suka ngomong daripada mendengarkan. Sehingga, semua orang pasti pernah mengalami dan mengucapkan hal ini saat ngobrol, “Oh gitu? KALO AKU …..”
      Ya!! KALO AKU merupakan kata-kata yang paling sering diucapkan. Jadi saat lawan bicara kita selesai bicara atau bahkan belum selesai bicara, kita secara tidak sadar mengeluarkan kata-kata KALO AKU dan seterusnya. Men, ini bukan ajang pamer pengalaman atau pamer pengetahuan. Ada kalanya kita harus diam dan mendengarkan. Buat saya, tidak masalah jika kita tahan hasrat ngomong kita, biarkan lawan bicara kita yang lebih banyak bersuara, bikin mereka nyaman ngobrol sama kita karena kita nyambung diajak ngobrol dan MAU MENDENGARKAN APA YANG MEREKA OMONGKAN.

c.   Berikutnya adalah masalah topik obrolan, seringkali kita kehabisan topik obrolan. Sebenarnya mudah saja sih, topik obrolan yang gak ada matinya adalah: PENGALAMAN.

Simpel sekali. Kita pancing aja lawan bicara kita untuk menceritakan pengalaman dan anything about themselves. Pasti gak ada matinya, dan itu topik menarik untuk mereka. Karena, manusia itu makhluk paling egois di dunia. Mereka suka sekali menceritakan keAKUannya. Dan itu tidak jelek kok, kita bahkan bisa belajar dari pengalaman mereka kan? 
Dan saat mereka mengeluarkan kata-kata “Kalau kamu gimana?”

YOU GOT IT BRO!! Selamat anda sudah mendapatkan perhatian dari lawan bicaramu, itu menandakan dia respect ke kamu dan ingin mendapatkan sesuatu juga dari kamu.

d.    BIG DON’Ts are:

·    Menanyakan umur, lebih baik menanyakan angkatan saat kuliah. Itu lebih redirect daripada kita menanyakan secara langsung “Umurnya berapa ya?”

·    Menanyakan status. Seperti “Sudah nikah atau belum?”, mungkin ini pertanyaan simpel dan lumrah bagi sebagian orang. Tapi bagi sebagian sisanya, bisa jadi ini pertanyaan yang sensitive dan privasi sekali

·    Menanyakan agama, ini benar-benar sudah wilayah pribadi seseorang yang tidak bisa diganggu gugat. Jangan pernah menanyakan hal ini kecuali kita sudah kenal baik dengan lawan bicara kita

·    Menanyakan nominal gaji. Jika dalam dunia kerja, saat kita share dengan orang baru, dan kita menanyakan hal ini, sama saja menarik pelatuk pistol tepat di kepala kita. No more explanation, just don’t do it

Poin-poin di atas hasil sharing dengan tentor suatu pelatihan yang kebetulan beliau adalah ekspat. Jadi hal di atas merupakan hal tabu di luar negeri, terutama di Eropa. Tapi saya yakin, sepertinya hal ini juga tabu ditanyakan pada orang yang baru kita temui.


4. Saat Akan Pamit

Kesalahan kecil yang fatal dan sering dilakukan adalah: TIDAK MENANYAKAN KONTAK YANG BISA DIHUBUNGI. Kebanyakan orang berpikiran tidak panjang ke depan, jadi misal sudah bertemu orang, ya sudah, gitu aja, tidak ada kelanjutan. 
Padahal balik seperti di awal saya bilang, kita tidak pernah tahu jika ke depannya mungkin kita membutuhkan bantuan orang tersebut atau mungkin orang tersebut juga membutuhkan kita tapi tidak tahu kontak kita.

Simpel sekali kok, tinggal minta nomor hp atau emailnya. Ingat ya, NOMOR HP. Itu lebih formal dan fungsional, kita bisa telpon jika dalam keadaan urgent. 
Nomor HP juga akan secara otomatis integrate ke  akun Whatsapp, dan kadang-kadang juga akan integrate ke akun Line. Jika kamu tipikal orang yang chat freak, usahakan jangan meminta ID social media atau chatting di kesempatan pertama bertemu orang baru dalam keadaan formal. 
Tapi misal dalam keadaam informal, ya mungkin saja jika kita minta pin BBM, ID Line dan sebagainya. Tetap perhatikan kondisi ya.



4 poin dan 3 sub-poin di atas mungkin sudah sama-sama kita sadari kalau memang hal tersebut adalah hal proper yang kita lakukan, tapi kita sering sekali miss dalam melaksanakannya. 
Padahal dari hal-hal kecil tersebut, kita bisa mendapatkan first impression yang bagus dan bisa dipercaya oleh orang lain.

Saya juga belum bisa sepenuhnya sempurna dan lancer dalam melaksanakan seluruh poin dan sub-poin di atas. Saya juga masih berusaha, terlebih dalam fase saat Sudah Mulai Ngobrol.

Mungkin jika dirasa poin di atas terlalu kaku dan formal, itu karena saya merefleksikan dalam dunia kerja dan professional, tentunya akan lebih luwes jika kita bertemu seseorang dalam kondisi informal, tapi tetap usahakan pada pakem-pakem tersebut.

"Meet your new colleague, face them gently, got your best impression, keep in touch and you will get you deserve!"

Jumat, 19 Desember 2014

Kebenaran Ternyata Ada Di Mana - Mana

Satu hal yang gak mungkin bisa disangkal adalah fakta kalo kebenaran itu cuma ada di Tuhan.
Kalo buat saya pribadi, berarti Allah.
Tapi secara terminologi umum, bisa berarti semua Tuhan.
Karena setiap agama pasti punya Tuhan masing-masing.
Dan di semua agama, pasti prinsipnya sama, kalo Tuhan itu yang Maha Benar.

Fakta di atas gak bakal terbantahkan.
Kecuali kamu seorang Atheis.yang memang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan selalu menghubungkan segala sesuatunya berdasarkan nalar dan logika.

Tapi saya gak bakal ngmgin masalah konteks Ketuhanan.
Karena memang saya blm capable buat hal itu.
Saya cuma mau sharing aja tentang fakta lain dalam konteks kemanusiaan, kalo :
Kebenaran itu ada di mana - mana.
Tergantung sudut pandang dan perspektif masing-masing orang.
Dan mungkin kebanyakan orang gak sadar akan hal itu, dan ketidak sadaran itu yang membuat diskusi itu jadi panjang.
Dan sampai jadi ada istilah yang namanya "DEBAT KUSIR", karena semua orang tahunya adalah KEBENARAN ITU MUTLAK.
Dan pendapat dia adalah benar.
Benar = Kebenaran.
haha

Ini ada beberapa contoh yang berhubungan sama kebenaran yang tergantung sama perspektif orang.
Dan saya yakin ini juga dialami dan pernah disadari sama semua orang :

TENTANG KERJAAN
Topik ini yang lagi happening banget secara saya dan temen2 saya masih anak baru kantoran yang baru memulai kerja.
Contoh kebenaran relatifnya adalah :
1. Ada temen yang kerjanya dengan jam kerja yg teratur. Jam masuk dan jam pulangnya uda fix banget. Dengan salary rate yang uda fix juga. Dan temen2 yang sdh kerja kyk gini, seringnya nganggep kerjaan mereka yang paling enak.
2. Ada temen yang kerjanya dengan jam kerja yang gak teratur. Jam masuk bebas (tidak mengikat) dan jam pulangnya juga bebas (tapi  lebih sering lemburnya). Dengan salary rate yang gak tetap, karena biasanya yang kyk gini itu kerjanya project based jd gajinya bergantung sama project juga. Dan biasanya temen2 yang sdh kerja kyk gini, seringnya nganggep kerjaan mereka juga asik.
KESIMPULAN :
Semuanya ngerasa kerjaan mereka yang paling asik.
Ya iyalah, kalian ngerasainnya yang kalian kerjain skr.Jelas asik -___-
Tapi overall, semuanya tergantung sama perspektif masing2.

TENTANG GAYA HIDUP
Ini juga yang lagi happening banget haha karena menyangkut gaya hidup temen2 saat mereka uda masuk dunia kerja.
1. Ada yang gaya hidupnya masih ala anak kos. Makan seadanya. Kos seadanya. Hbs dari kantor langsung pulang. Dan biasanya gak ngelakuin hal yang aneh2 (if you know what I mean).
2. Ada yang gaya hidupnya meningkat. Makan jd lumayan sering di resto. Beli2 barang baru trs. Kos juga dipilih yg nyaman banget.
KESIMPULAN:
Ya gak ada yang salah. Bisa aja yang masih hidup ala anak kos itu karena mereka emang lagi pgn ngumpulin duit?karena ada target yang mereka kejar? Ato mungkin karena memang gajinha pas2an?Who knows?
Tapi ya ga salah juga buat yang hidupnya mulai enak. Ya mereka emang pegang uang. Mungkin mereka mau nikmatin uang itu dulu sebelum mulai berpikir serius buat menyisihkan uangnya? Who knows?


Dan banyak laainnnya.
Capek ngetiknya.
Banyak banget sih sebenarnya contoh2 lain.
Mungkin dengan baca 2 contoh di atas, membukakan pintu hati dan pikiranmu buat menyadari contoh2 lain yang byk terjadi di keseharian kita.

Sebenarnya saya cuma mau bikin semua aware aja kalo kebenaran itu relatif banget.
Kenapa?
Ya Karena :
Kebenaran Ternyata Ada Di Mana- Mana

Jumat, 21 November 2014

When Little Action can Bring a Big Impact

When Little Act can Bring a Big Impact

Kata-kata ini sudah pasti bukan hal asing di telinga kita.
Biasanya sih kata-kata ini merupakan kalimat penutup di suatu pemaparan yang sifatnya persuasif.

Contohnya, saat ada gerakan matiin lampu selama 1 jam (lupa nama officialnya apa), setelah pemaparan panjaaang mengenai efek yang bisa timbul dengan gerakan simpel tapi masif seperti matiin lampu selama 1 jam dan dilakukan berbarengan sama seluruh orang di dunia,
terakhirnya bisa hampir dipastiin ada kata-kata itu

Ada lagi contoh misalnya yang berkaitan sama green movement.
Misalkan di awal dipaparkan mengenai kualitas lingkungan yang sdh sangat jelek sekarang.
Dipaparkan juga penyebabnya apa.
Terakhirnya, muncul suatu ajakan untuk melakukan tindakan kecil yang sangat simpel :
Jangan Buang Sampah Sembarangan.
Gerakan simpel itu kalo bener2 dilakukan oleh seluruh orang di dunia, pasti akan berdampak besar bagi lingkungan bumi kita.
Dan kata2 di awal tulisan ini, hampir pasti juga bisa dipastikan akan dimunculkan.
Kayak yang ada di filmnya Al Gore : "An Inconvenience Truth" ya kalo gak salah.

Ya, kalimat itu emang pny arti yang sangat dalam.
Dan bisa diimplementasikan di seluruh aspek hidup.
Dan bisa jg dicocok2in ke dalam kondisi macem apapun.

Masalahnya adalah :
Kata-katanya emang simpel, 
Makna denotasinya juga simpel,
Tapi pernah gak kita mencoba melakukan hal simpel tersebut?

Nah!!
Kalo sudah, Alhamdulillah.
Kalo belum ...... -_-

Kalo saya....
Memang blm melakukan banyak, tp Alhamdulillah sudah pernah lah.
Dan kali ini, bekerja sama dengan 3 orang teman saya yang tergabung dalam foundation XL Future Leaders mau implementasi hal itu lagi.

Simple and Little Action.

Kita semua adalah adalah dan sudah pernah menjadi mahasiswa yang ada di Surabaya.
Tentunya ada kebanggan buat kita bisa hidup dan tinggal di Kota Perjuangan ini.
Semua jg pasti sudah tahu klo Surabaya mulai menemukan jati dirinya sebagai Kota Sejuta Taman di bawah kepemimpinan Bu Risma selaku Walikota Surabaya.
Berkat itu, Surabaya dapat banyak penghargaan di bidang lingkungan dan tata kota yang skalanya nasional bahkan internasional.

Tapi.....
Siapa salah satu pihak yang berjasa dengan kontribusinya untuk Kota Surabaya sehingga menjadi seperti sekarang?
Pihak yang kontribusi besar tapi sering banget dilupakan.

PASUKAN KUNING

Oleh karena itu, berangkat dari ide simpel kita coba melakukan hal kecil dan simpel dengan harapan bisa membawa kebahagiaan dan kebermanfaatan buat para pahlawan kebersihan kita itu.
Mungkin efeknya tidak bisa dirasakan secara langsung sekarang.

Tapi melalui ide kita itu, kita mau mencoba untuk memberikan apresiasi dan meningkatkan empati kita semua kepada pahlawan yang satu ini.

Inilah ide kita :


Kita sadar, byk sekali skeptis kepada ide kita dan pertanyaan2 buat apa kita bikin kayak ginian.
Efeknya apa ke pasukan kuning.
Dampaknya apa?

Jawaban kami cuma 1 kok:
Saat kalian senyum lihat video tersebut, saat itulah ide kita berhasil. Kita bisa memberi kebahagiaan buat pasukan kuning dan kalian semua yang lihat video itu :)

So?
#HappyToday for All!!!!












Senin, 03 November 2014

Tenang Itu Bernama (Banda Neira)

Sore itu, agak lengang dan tidak disibukkan sama kerja.
Tumben.
Karena biasanya sore2 itu sering ada "hadiah" yang mengharuskan saya pulang terlambat.
Sampai jam4 sore belum ada pekerjaan tambahan, akhirnya saya larut dalam keasikan berselancar di dunia maya.
Browsing.
Mulai Facebook.
Kaskus.
Twitter.
Tumblr.
Youtube.
Sampai akhirnya menemukan sebuah video lagu yang tenang dan santai banget.

Karena tadi saya memainkan random playlist jadi saya tdk tahu awalnya itu band atau grup musik apa.
Tapi yang jelas tenang banget dengerin lagunya.
Sampai akhirnya saya asik berselancar lagi untuk cari tahu siapa empunya lagu dan suara ini.
Hingga bertemulah dengan nama aneh : "BANDA NEIRA"

2 orang dengan 1 gitar dan sesekali instrumen kecil tambahan.
2 orang dengan suara halus dan musik yang santai.
2 orang dengan filosofi menikmati hidup yang asik.
Dan saya langsung suka dengan "band" yang satu ini.

Salah satu lagu favorit saya :


"Bersepeda di kala senja
Mengejar mentari tenggelam
Hangat jingga temani rasa
Nikmati Jakarta 

Bersepeda keliling kota
Kanan kiri, ramai jalanan
Arungi lautan kendaraan
Oh, senja di Jakarta 

Parapa, parapa, parapa, parara

Nikmati jalan di jakarta
Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta 

Bersepeda sepulang kerja
Kenyang hirup asap kopaja
Klakson kanan kiri berbalasan
Oh, senja di Jakarta 

Parapa, parapa, parapa, parara

Nikmati jalan di jakarta

Parapa, parapa, parapa, parara
Maafkan jalan Jakarta 

Bersepeda, di kala senja

Nikmati Jakarta"  (Source : http://dibandaneira.tumblr.com/lirik)

Sesuai lah sama kondisi saya yang masih berusaha menikmati senja di Jakarta.

Tenang itu Bernama (Banda Neira).
Diambil dari (http://dibandaneira.tumblr.com/albumfoto)

Senin, 27 Oktober 2014

Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur?

Sekitar 3 atau 4 hari yang lalu.
Pacar saya forward cerpek (cerita pendek) via Line.
Kebetulan topiknya bagus bgt dan memang banyak terjadi di sekitar saya.

Kebetulan cerpek ini saya baca sewaktu saya masih di kantor dan gak sadar mata saya berkaca2 sewaktu membaca cerpek ini.
Karena saya merasa saya sedang memasuki fase seperti ini dimana saya harus jauh dari orang tua, terutama mama saya dan yang saya takutkan adalah saya terlalu sibuk dengan kegiatan saya sehingga melupakan orang tua saya.

Tidak ada salahnya meluangkan waktu sekitar 5 menit untuk membaca :


"Mengutip dari mas Fandi

Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur?

Kemarin lalu, saya bertakziah mengunjungi salah seorang kerabat yang sepuh. Umurnya sudah 93 tahun. 
Beliau adalah veteran perang kemerdekaan, seorang pejuang yang shalih serta pekerja keras. 
Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid untuk Maghrib, Isya dan Shubuh.

Qadarallah, beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak dua bulan lalu. 
Sekarang beliau hanya terbaring di rumah dengan ditemani anak-anak beliau. 
Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di fase antara dunia nyata dan impian. 
Sering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dan kepayahan.
Anak-anak beliau diajari dengan cukup baik oleh sang ayah. 
Mereka terjaga ibadahnya, berpenghasilan lumayan, dan akrab serta dekat. 
Ketika sang ayah sakit, mereka pun bergantian menjaganya demi berbakti kepada orangtua.

Namun ada beberapa kisah yang mengiris hati; kejadian jujur dan polos yang terjadi dan saya tuturkan kembali agar kita bisa mengambil ibrah.

Terkisah, suatu hari di malam lebaran, sang ayah dibawa ke rumah sakit karena menderita sesak nafas. 
Malam itu, sang anak yang kerja di luar kota dan baru saja sampai bersikeras menjaga sang ayah di kamar sendirian. 
Beliau duduk di bangku sebelah ranjang. Tengah malam, beliau dikejutkan dengan pertanyaan sang ayah,

"Apa kabar, pak Rahman? Mengapa beliau tidak mengunjungi saya yang sedang sakit?" tanya sang ayah dalam igauannya.Sang anak menjawab, "Pak Rahman sakit juga, Ayah. Beliau tidak mampu bangun dari tidurnya." Dia mengenal Pak Rahman sebagai salah seorang jamaah tetap di masjid."Oh...lalu, kamu siapa? Anak Pak Rahman, ya?" tanya ayahnya kembali."Bukan, Ayah. Ini saya, Zaid, anak ayah ke tiga.""Ah, mana mungkin engkau Zaid? Zaid itu sibuk! Saya bayar pun, dia tidak mungkin mau menunggu saya di sini. Dalam pikirannya, kehadirannya cukup digantikan dengan uang," ucap sang ayah masih dalam keadaan setengah sadar.
Sang anak tidak dapat berkata apa-apa lagi. 
Air mata menetes dan emosinya terguncang. 
Zaid sejatinya adalah seorang anak yang begitu peduli dengan orangtua. 
Sayangnya, beliau kerja di luar kota. Jadi, bila dalam keadaan sakit yang tidak begitu berat, biasanya dia menunda kepulangan dan memilih membantu dengan mengirimkan dana saja kepada ibunya. 
Paling yang bisa dilakukan adalah menelepon ibu dan ayah serta menanyakan kabarnya. Tidak pernah disangka, keputusannya itu menimbulkan bekas dalam hati sang ayah.

Kali yang lain, sang ayah di tengah malam batuk-batuk hebat. 
Sang anak berusaha membantu sang ayah dengan mengoleskan minyak angin di dadanya sembari memijit lembut. 
Namun, dengan segera, tangan sang anak ditepis.

"Ini bukan tangan istriku. Mana istriku?" tanya sang ayah."Ini kami, Yah. Anakmu." jawab anak-anak."Tangan kalian kasar dan keras. Pindahkan tangan kalian! Mana ibu kalian? Biarkan ibu berada di sampingku. Kalian selesaikan saja kesibukan kalian seperti yang lalu-lalu."
Dua bulan yang lalu, sebelum ayah jatuh sakit, tidak pernah sekalipun ayah mengeluh dan berkata seperti itu. Bila sang anak ditanyakan kapan pulang dan sang anak berkata sibuk dengan pekerjaannya, sang ayah hanya menjawab dengan jawaban yang sama.
"Pulanglah kapan engkau tidak sibuk."

Lalu, beliau melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Bekerja, shalat berjamaah, pergi ke pasar, bersepeda. Sendiri. Benar-benar sendiri. Mungkin beliau kesepian, puluhan tahun lamanya. 
Namun, beliau tidak mau mengakuinya di depan anak-anaknya.
Mungkin beliau butuh hiburan dan canda tawa yang akrab selayak dulu, namun sang anak mulai tumbuh dewasa dan sibuk dengan keluarganya.
Mungkin beliau ingin menggenggam tangan seorang bocah kecil yang dipangkunya dulu, 50-60 tahun lalu sembari dibawa kepasar untuk sekadar dibelikan kerupuk dan kembali pulang dengan senyum lebar karena hadiah kerupuk tersebut. 
Namun, bocah itu sekarang telah menjelma menjadi seorang pengusaha, guru, karyawan perusahaan; yang seolah tidak pernah merasa senang bila diajak oleh beliau ke pasar selayak dulu. 
Bocah-bocah yang sering berkata, "Saya sibuk...saya sibuk. Anak saya begini, istri saya begini, pekerjaan saya begini." 
Lalu berharap sang ayah berkata, 
"Baiklah, ayah mengerti."


Kemarin siang, saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar penuturan dari sang anak. Karena mungkin saya seperti sang anak tersebut; merasa sudah memberi perhatian lebih, sudah menjadi anak yang berbakti, membanggakan orangtua, namun siapa yang menyangka semua rasa itu ternyata tidak sesuai dengan prasangka orangtua kita yang paling jujur.

Maka sudah seharusnya, kita, ya kita ini, yang sudah menikah, berkeluarga, memiliki anak, mampu melihat ayah dan ibu kita bukan sebagai sosok yang hanya butuh dibantu dengan sejumlah uang. Karena bila itu yang kita pikirkan, apa beda ayah dan ibu kita dengan karyawan perusahaan?

Bukan juga sebagai sosok yang hanya butuh diberikan baju baru dan dikunjungi setahun dua kali, karena bila itu yang kita pikirkan, apa bedanya ayah dan ibu kita dengan panitia shalat Idul Fitri dan Idul 'Adha yang kita temui setahun dua kali?

Wahai yang arif, yang budiman, yang penyayang dan begitu lembut hatinya dengan cinta kepada anak-anak dan keluarga, lihat dan pandangilah ibu dan ayahmu di hari tua. 
Pandangi mereka dengan pandangan kanak-kanak kita. 
Buang jabatan dan gelar serta pekerjaan kita. 
Orangtua tidak mencintai kita karena itu semua. 
Tatapilah mereka kembali dengan tatapan seorang anak yang dulu selalu bertanya dipagi hari, 
"Ke mana ayah, Bu? Ke mana ibu, Ayah?"
Lalu menangis kencang setiap kali ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.

Wahai yang menangis kencang ketika kecil karena takut ditinggalkan ayah dan ibu, apakah engkau tidak melihat dan peduli dengan tangisan kencang di hati ayah dan ibu kita karena diri telah meninggalkan beliau bertahun-tahun dan hanya berkunjung setahun dua kali?

Sadarlah wahai jiwa-jiwa yang terlupa akan kasih sayang orangtua kita. 
Karena boleh jadi, ayah dan ibu kita, benar-benar telah menahan kerinduan puluhan tahun kepada sosok jiwa kanak-kanak kita; yang selalu berharap berjumpa dengan beliau tanpa jeda, tanpa alasan sibuk kerja, tanpa alasan tiada waktu karena mengejar prestasi.

Bersiaplah dari sekarang, agar kelak, ketika sang ayah dan ibu berkata jujur tentang kita dalam igauannya, beliau mengakui, kita memang layak menjadi jiwa yang diharapkan kedatangannya kapan pun juga..

* sharing dari seorang Ustadz..

Semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.."

Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur?

Minggu, 19 Oktober 2014

Kubur ambisi dan ego, gantungkan cita-cita dan harapan

Sudah genap 3 minggu saya memulai perantauan di ibukota Indonesia.
Kota yang katanya tempat merajut mimpi.
Kota yang nyatanya sudah dilabeli sebagai "Kota tidak layak huni"

Seperti tulisan sebelumnya :
"Selalu ada yang baru"
Kalau skr saya masuk dalam fase "penyesuaian" dimana saya harus mulai untuk membiasakan dengan lingkungan baru, tanggung jawab baru dan kehidupan baru yang sepenuhnya berbeda dengan kehidupan kuliah yang sampai skr msh saya anggap sebagai fase terbahagia dalam hidup saya.

Setelah menjalani fase "penyesuaian" selama 3 minggu, byk sekali pelajaran dan hal baru yg bisa saya ambil, terutama yang berhubungan dengan pandangan hidup dan orientasi dalam bekerja.


Sewaktu masih berstatus sebagai job seeker, ambisi saya untuk bekerja adalah :
1. Bekerja di multinational company, terutama di FMCG atau Oil Services company atau Consultant Firm.
2. Mendapatkan job desc di bagian marketing, consultant atau business analyst.
3. Mendapatkan high level salary
4. Mendapatkan suasana kerja yang dinamis, yang serba cepat. Bukan lingkungan kerja yang monoton dan statis.

Itu adalah ambisi saya dengan pandangan saya sebagai anak ingusan yang masih cari2 kerja.
Alhamdulillah saya mendapatkan kerja yang mencakup 3 aspek dari ambisi saya kecuali ambisi nomor 2 dan 3.
Karena pada kenyataannya saya masuk di multinational IT Consultant firm dengan jabatan Junior Associate Programmer, yang secara hierarki adalah level 12 dari 13 level yg ada di kantor saya. Itu menunjukkan saya adalah jongos di perusahaan saya hehe.
Dan jabatan saya mengharuskan saya masih hrs bersabar untuk bisa mendapatkan titel "konsultan".
Dan masalah salary, hahaha ini selalu membuat saya ketawa. Karena teman2 saya selalu beranggapan bahwa gaji saya gede, bahkan sampai dikira 2 digit di dpn, pdahal salah total. Gaji saya bahkan tidak lbh besar dari gaji temen2 saya yang kerja di A*tra Group, seriously.

Dan yang saya syukuri adalah karena di kantor saya skr saya bisa belajar banyaaak sekali hal baru, mulai dari operasional IT yang dari dulu sebenernya saya benci. Saya termasuk orang yg gaptek, dan kerjaan saya skr? konsultan IT. What a silliest irony !!
Dan saya juga benar2 mendapatkan lingkungan kerja yang dinamis, dimana orang2nya workaholic abis! operasional kantor pulangnya adalah jam 5 sore, tapi rata2 pada pulang jam7-8 malam hehe.
Benar2 dinamis, dimana kita byk sekali diskusi untuk solve problems dan merancang hal baru.
Walaupun di awal2 saya kesulitan beradaptasi dilingkungan kerja saya, tp skr saya mulai bs menikmati.
Oleh karenanya, 2 aspek ambisi yang blm bisa saya dapatkan tersebut, tidak sberapa saya pusingkan. Karena masih byk hal menyenangkan yang bisa saya dapat.

Dan pembelajaran yang paling bisa saya dapatkan adalah :
"Sehebat apapun kita semasa kuliah, sebesar apapun ambisi kita sewaktu kuliah, sekritis apapun kita sewaktu kuliah, tapi jika memang jalanmu adalah untuk menjadi seorang profesional dan eksekutif di perusahaan, jangan harap bisa langsung menjadi someone important.
Everyone should starts they step from the bottom level. If you want to start your career at the high level directly, just pray a lot dude"

 Jangan kaget kalo byk sekali hal baru yang bakal ditemui di dunia kerja yang beda sekali sama dunia mahasiswa, saya termasuk orang yg beruntung karena bekerja di lingkungan konsultan yang sedikit cuek terhadap hierarki dan memegang prinsip semua sama, yang membedakan hanyalah ide dan prestasi kerja. Dan juga lingkungan konsultan yang dinamis, mengingatkan saya terhadap kehidupan organisasi kampus yang pasti menghadapi sesuatu yang baru di tiap harinya.

Saya tidak menyarankan kamu buat jadi pribadi yang pesimis, skeptis dan apa adanya. Saya cuma menyarakan :

"Kubur ambisi dan ego, gantungkan cita-cita dan harapan"