Jumat, 04 Juli 2014

Jangan Cela PSK

Lokalisasi.
Berasal dari asal kata Lokal yang artinya sentralisasi dalam satu lingkup yang tidak luas.
Jadi secara harafiah lokalisasi itu secara denotasi tidak selalu berarti tempat pelacuran.
Tapi karena memang kita semua sudah sangat familiar dengan penggunaan kata lokalisasi untuk mengistilahkan tempat pelacuran. Akhirnya jadi muncul algoritma sederhana :

// LOKALISASI = TEMPAT PELACURAN //
 
Dan mumpung juga lagi hangat2 tai ayam momentum penutupan lokalisasi (yang katanya) terbesar di Asia Tenggara yang ada di Surabaya, Kota Pahlawan, namanya Dolly, saya mau share tentang pengalaman pribadi saya yang belum pernah saya ceritakan ke siapa.
Karena malu.
Karena gak tahu kenapa saya harus share.
Karena takutnya saya dianggap freak.

Jadi gini, 
Logika yang sudah umum di masyarakat adalah para penghuni lokalisasi semuanya adalah orang gak bener, orang brengsek, bajingan.
Mulai pengunjung yang datang, orang yang bekerja secara langsung menjajakan (PSK) sampek makelar jahat (germo).
Dan yang saya kritisi di sini adalah PSK nya.
Gak jarang orang-orang itu mencela PSK karena dianggap PSK itu biang keladi dari kemaksiatan perzinahan bebas tersebut.
Orang-orang selalu bilang :

"Kalo PSK gak ada, perzinahan pasti gak ada dan lokalisasi pasti tutup secara otomatis"

Padahal belum tentu juga. Kenapa?
Ya karena kalo dari hasil studi lapangan (ciieee) itu awalnya malah PSK itu ada karena permintaan dari masyarakat itu sendiri.
Jadi logika orang-orang itu kebalik.
Kalo PSK gak ada, ya masyarakat hidung belang bakalan selalu cari cara buat dapetin pemenuh hasrat berlebihannya.
Bukan gara-gara PSK ada dulu, terus menarik masyarakat.
Walaupun emang sih, banyak orang yang awalnya gak tau, jadi pengen tau dan mencoba ke lokalisasi.


Ya saya sadar kalo share saya ini gak kuat karena gak pake riset bertahun2 dan birokrasi berbelit2nya.
Tapi apa yang saya paparin di sini itu hasil wawancara langsung dengan salah satu pelakunya (PSK nya).
Gak perlu ditanyalah ya gimana kira2 saya bisa wawancara langsung dengan salah satu pelakunya hahhaa.

Tapi yang jelas, intisari dari hasil wawancara singkat dengan PSK tersebut itu emang mirip2 banget sama cerita klise di sinetron2 gitu.
Dia datang dari desa, dibawa sama temennya, katanya mau diajak jd pembantu rumah tangga, tapi ternyata dia didiemin hampir 2 minggu di daerah Dukuh Kupang sana.
Terus kata temennya, lowongan buat pembantu rumah tangga udah penuh, akhirnya dia ditawari buat jadi lady escort buat karaoke.
Dia akhirnya mau dengan syarat dia disulap dulu alias dimake over.
2 minggu pertama dia beneran jadi lady escort di karaokean.
Tapi akhirnya singkat kata, dia tercelup juga ke dunia hitam itu. Diawali dengan tawaran dari pelanggan karaokenya buat "pelayanan" lebih dan berlanjut hingga jadi PSK kayak sekarang.
Sekarang, dia mau mentas, mau pergi dari wismanya, udah gak bisa karena dia baru tau kalo di terjerat utang yang banyak banget ke germo atau mucikarinya. 
Dia jg bilang kalo di sana itu dijaga sama banyak banget preman2.
Jadi PSK di sana juga gak bisa macem atau melarikan diri.

Itu kebetulan PSK yang saya wawancarai dengan latar belakang yang lumayan bener.
Tapi tidak dipungkiri juga kalo gak sedikit PSK yang memang dari sononya agak atau mungkin gak bener. (maaf kasar)

Tapi mungkin yang menyakitkan adalah generalisasi dari masyarakat kalo semua PSK itu kayak sampah.
Selalu mencela PSK.
Memang mereka salah.
Mereka hina.
Tapi mereka juga manusia.
Terlebih lagi buat mereka yang berasal dari latar belakang yang bener.

Analoginya, 
kamu punya temen, temenmu itu dulunya klepto.
Tapi sekarang udah enggak, dan karena generalisasi temen2mu tentang dia klepto, akhirnya gak ada 
yang mau temenan sama dia.
See??
Semua orang punya masa lalu hitam, yang mungkin dia sendiri gak mau membuat masa lalu itu.
Jadi tolong banget, 
(Bijak Banget Kalo Kita) Jangan Cela PSK ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar